Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh. Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka
Sumber grafik : Laporan EY 2013, didapat dari laman http://conversableeconomist.blogspot.co.id/2014/12/snapshots-of-islamic-banking.html |
Di Turki dikenal participation banking yang kurang lebih serupa dengan perbankan syariah. Dengan mekanisme participation banking, nasabah yang mengajukan pembiayaan atas sebuah barang akan membeli barang tersebut dengan hak kuasa yang diterbitkan bagi nasabah tersebut oleh bank. Pelunasan dilakukan dengan bagi hasil yang disepakati, dengan angsuran yang disepakati. Saat ini, Turki memiliki proyek ambisius untuk meningkatkan pangsa dari participation bank terhadap sektornya naik hingga 25%. Saat ini, pangsa participation banking di Turki ataupun perbankan syariah di Indonesia masih sama-sama 5% (berdasarkan ukuran aset).
Participation bank mempekerjakan 14.565 orang di 973 cabang dari lima participation bank yang beroperasi di Turki dengan total aset non-konsolidasi sebesar TL (Lira Turki) 136,31 miliar (Rp507.5 triliun) . Kelima bank tersebut adalah
- Kuveyt Türk (aset di akhir Maret 2017 TL 49.45 miliar = Rp 184,1 triliun),
- Türkiye Finans Katılım Bankası (TL 38.81miliar = Rp 144,5 triliun) ,
- Albaraka Türk (TL 33.0 miliar = Rp122.9 triliun),
- Ziraat Katılım (TL 9.07 miliar = Rp 33,8 triliun) dan
- Vakıf Katılım (TL 5.96 billion = Rp 22.2 triliun).
Laba bersih sektor ini untuk kuartal pertama 2014 adalah TL 270 juta (Rp 1,01 triliun), di 2015 TL 222 juta (Rp 826,6 miliar), turun drastis di 2016 ke TL 70 juta (Rp 260,6 miliar), lalu melonjak lebih drastik ke TL 329,61 juta (Rp 1,23 triliun) di kuartal pertama 2017.
Sementara untuk perbankan syariah (bank umum syariah--BUS dan unit usaha syariah--UUS per Maret 2017 mempekerjakan 55.815 orang dari 13 BUS dan 21 UUS total memiliki 2.184 kantor (1.849 kantor BUS terdiri atas 462 cabang, 1.196 sub cabang dan 191 kantor kas; dan 335 kantor UUS) dengan total aset Rp 257,8 triliun dengan laba Maret 2017 adalah Rp 1,17 triliun naik dari Rp 822 miliar di Maret 2016.
Di jangka menengah, menurut analis perbankan setempat pangsa participation banking di jangka menengah dapat mencapai 10%. Menurut Direktur Pengelola Turkey Macro View Consulting, Ferhat Yükseltürk, participation bank yang dapat membuat perencanaan stratejik yang efektif dan memiliki modal kuat dapat berkotribusi untuk rencana tersebut.
Pada Pertemuan Tahunan Bank Pembangunan Asia (IDB, Islamic Development Bank) ke 42 di Arab Saudi, Deputi Perdana Mentri (PM) Turki Mehmet ÅžimÅŸek gencar melakukan pembicaraan dengan Indonesia untuk projek yang dijuluki megabank yang ditujukan untuk menggapai rencana Turki menggapai pangsa 25% tersebut. Dalam pertemuan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menurut Deputi PM ÅžimÅŸek, di Indonesia proyek ini akan diluncurkan sebagai proye perbankan syariah. Ide megabank pada dasarnya mengacu pada upaya menciptakan pemberi-pinjaman Islami yang akan berfungsi sebagai bank sentral bagi industri keuangan Islami (syariah) global. Ide yang pertama dikerjakan oleh bank sentral Malaysia pada 2009 dan gagal. Indonesia sendiri telah mengupayakannya sejak tahun 2013.
Saat ini, perbankan Islami telah hadir di 60 negara dan menjadi penting di 14 jurisdiksi. Dan diprediksi oleh S&P di akhir 2016 keuangan Islami akan mencapai $2.1 triliun (Rp27.936,3 triliun). Namun, konsentrasi yang 80% lebihnya ada di negara-negara pengekspor minyak (Gulf Cooperation Council), Malaysia dan Iran; penurunan harga minyak dan kurangnya standaridasi dokumentasi legal dan interpretasi syariah merupakan sebagian hal yang perlu dilakukan. Sementara untuk Indonesia sendiri, analis kredit S&P melihat tantangan utama keuangan Islami di Indonesia adalah ekonomi yang lamban, pangsa yang kecil terhadap sektor dan rerangka regulatori yang masih dalam pengembangan karena kelangkaan staf berkualifasi di bidang ini. Namun, dianggap potensi pertumbuhan yang signifikan di jangka-menengah dengan salah satu strategi yaitu konsolidasi perbankan.
sumber: https://www.spratings.com/documents/20184/0/Islamic+Finance+Outlook+2017/5abbe572-c826-4622-bd13-1aba725281fc |
sumber: https://www.spratings.com/documents/20184/0/Islamic+Finance+Outlook+2017/5abbe572-c826-4622-bd13-1aba725281fc |
Apakah proyek dengan rencana menjadikan Indonesia sebagai bank sentral bagi kreditur di industri keuangan Islam global akan berhasil? Waktu akan menjawabnya. Saat ini pembicaraan ke arah ini oleh IDB, Turki (yang berencana berkontribusi modal $300 juta = Rp3,99 triliun) dan Indonesia terus dilakukan.
Comments
Post a Comment